Sunday, January 3, 2010

pesan dari teman yang (pernah) teramat dekat

Sebuah pesan dari seorang teman dekat. (pernah) teramat dekat.

Sudah lama, sekitar dua tahun lalu, tapi masih tersimpan rapi dalam lipatan surat-suratku. Mungkin, ia juga menyimpan surat-surat dariku (berhara). Aku sedari dulu memang hobi mengungkapkan rasa lewat kata. Tak terkecuali pada sahabatku itu, padahal dulu setiap hari kami bertemu, hanya ada saat-saat dimana kami tak mampu mengungkapkannya langsung, sehingga kami berinisiatif lewat ‘tulisan-surat’. Diantara banyaknya lipatan-lipatan surat itu, ada satu surat yang aku begitu menyukainya... (Oh ya,, temanku tidak menuliskan referensi apapun, so, aku tak tahu itu benar2 gagasannya atau kutipan darimana.. J, maaf, bukan maksudku tak percaya padamu, teman..)

Dan kini, aku sedang amat sangat rindu padamu...

 

(ditulis tanpa hari, tanggal, tahun, apalagi jam...) tapi aku ingat, waktu itu tahun 2007.. J

 

Teman, kesedihan dan kebahagiaan selalu di hati. Berselang – seling mewarnai panjangnya hidup ini. Keduanya mengguratkan memori di hamparan pikiran dan hati kita. Namun, adakah kita bersikap seperti pengembara yang mampu menuliskan setiap kesedihan di pasir agar angin keikhlasan membawa pergi ? Adakah kita ini adalah sosok tegar yang mampu melepaskan setiap kesusahan bersama terbangnya angin ketulusan ?

 

Teman, cobalah untuk selalu mengingat setiap kebaikan dan kebahagiaan yang kita miliki. Simpanlah semua itu di dalam kekokohan hati kita agar tak ada yang mampu menghapusnya. Torehkan kenangan bahagia itu agar tak ada angin kesedihan yang mampu melenyapkannya. Insya Allah, dengan begitu kita akan selalu optimis dalam mengarungi panjangnya hidup ini.

 

Teman, cinta memberikan kekuatan. Bahkan cinta adalah kekuatan itu sendiri, kita-pun mampu merasakan itu. Asal kita mau menjalani semua garis-garis yang telah ditentukanNya.

 

Teman, biarkan singa-singa penuh semangat hadir dalam jiwa kita, rawatlah singa-singa itu dengan keluhuran budi dan kebersihan nurani. Susunlah bulu-bulu kedamaiannya, cermati terus rahang persahabatannya, perkuat punggung optimismenya, dan pertajam selalu kuku-kuku kesabaran miliknya.

 

Ketika engkau melontarkan sesuatu dalam kemarahan kata-katamu itu meninggalkan bekas seperti lubang di hati orang lain. Kau seperti menusukkan pisau kepada seseorang, lalu mencabut pisau itu. Tetapi, tidak peduli berapa kali kau akan meminta maaf , luka itu akan tetap ada. Dan luka karena kata-kata akan sama buruknya dengan luka fisik.

 

Kita sering mendendam. Tak mudah memberi maaf dan tak mudah melepaskan maaf. Mulut mungkin berkata ikhlas, tapi bara amarah masih ada dalam dada, kita tak pernah bisa melepas.

 

Teman, berhati-hatilah pada setiap kata yang kita ucapkan. Kata-kata yang kita ucapkan sangat berpengaruh kepada orang lain. Kata-kata itu bisa membuat orang frustrasi, pesimis, serta enggan berusaha. Sangat disayangkan seandainya semua ucapan itu hanya akan merenggut jiwa-jiwa penantang yang oantang menyerah yang sebenarnya ada di dalam raga.

 

^^

3 comments:

Alizzah M. said...

merindukan ukhuwah yang seperti muhajirin dan anshar...
masyaAllah ya, pendahulu2 kita itu...

nur izzah robbaniyah said...

muhajirin dan anshar...
persaudaraan mereka memang begitu indah.. ;)


dinda agus triyana said...

disini toh ...
assalam ...
mampir juga ahh ..

Post a Comment