Thursday, February 14, 2013

#Just.For.My.Ai


Teman yang baik itu, kamu. 
Ada masanya, ketika sayang dan cinta memang harus diungkapkan, agar kau sadar.
Ada kalanya, marah memang harus ditunjukkan, agar kau perbaiki kesalahan.  
Ada waktunya, ketika kecewa memang menuntut untuk diperlihatkan, agar kau bisa belajar untuk lebih peka.

Teman yang baik, itu kamu.
“jadi gw harus menyiapkan mental untuk itu ya. Lo pergi.”
“Gw sayaaang banget sama lo. Banget. Banget. Banget.”
‘Gw juga sayang lo banget. Sungguh yakin selalu. Makanya gw harus siap dengan segala taqdir yang akan datang menghampiri kita’
“aaaaahhhh… dimanapun taqdir kita nanti, hati kita dekat yaaa insyaAllah. Lagipula ga ada yang tau taqdir kita nantinya akan kayak apa. T.T ”

Allah, satu kesyukuran penuh adalah ketika Kau hadiahi aku bisa mengenalnya.
Ia  yang dengan lugas memarahiku saat aku memang benar2 salah.
Ia yang menjadi perantaraMu tuk menguatkanku saat aku merasa sangat-sangat lemah.
Ia yang dengan bahagianya berkata “untungnya, hari ini gw bisa ketemu lo”
Ia yang sangat jarang bisa romantis, tapi aku tau sayangnya untukku melebihi sayangku padanya. Sempat ia katakan padaku saat kutanyakan "Kalo gw meninggal, lo nangis gak? hehe. Gak nangis gapapa kok, yang penting doain gw yaa". Singkat, ia hanya menjawab "Jangankan lo meninggal Zah, gw liat lo nangis aja, gw ikut nangis" T.T
Ia yang pernah ku kecewakan karena aku pergi meninggalkannya.  
Ia yang mengingatkanku, segalanya tentangMu..


Semoga Allah jadikan aku dan kamu , teman selamanyaa yaaaa. Sayang.kamu.banget :* 


#justforMyAi
#RabiulAkhir1434
*tetiba kangen akut, ditulis pake airmata rindu.
Ah ya, -rindu itu hangat, coba rasakan di pelupuk matamu-  



Tuesday, January 8, 2013

Metamorfozah #2

RemaZah – Menengah Pertama

Masa-masa menengah pertama, 3 tahun  saya habiskan di sebuah sekolah negeri yang letaknya tidak jauh dari rumah. Kata sebagian orang, masa SMP itu masa remaja, masa transisi seorang manusia, dari kanak menuju dewasa. Ya, itu definisi dari segi perkembangan manusia. Meski dalam Islam, saya belum pernah menemukan istilah remaja didalamnya.

Baiklah, seperti yang sebelumnya pernah saya paparkan, hehe. Masa menengah pertama banyak memberikan saya pengalaman ngawur dan hedon. Haha. 

Masa itu, banyak hal yang membuat saya berubah. Dari mulai dari segi berpakaian, hingga pergaulan. Hehe. Dulu sewaktu SD, saya menurut saja apa “pemberian” dari orangtua, terutama Ibu. Ibu seringkali membelikan atau menjahitkan untuk saya baju-baju gamis, jubah, pokoknya baju muslim banget deh, yang biasanya cuma dipakai setahun sekali oleh teman-teman saya yang lainnya alias hanya saat pesantren kilat Ramadhan. Sementara saya? Huh! Nah, saya bosan dengan style yang –hanya- mengikuti apa yang disediakan oleh Ibu. Sampai pada akhirnya, hahaa… saat kelas 1 atau 2 SMP: “Mi*, aku mau beli baju, tapi gak mau baju muslim, gak mau gamis, gak mau rok. Aku mau celana jeans. Masa dari dulu aku belum punya celana jeans teman2 aku kalau main pada pake celana jeans dan t-shirt. Aku?” , sedikit menuntut saya menyampaikannya pada Ibu. Haha. Tapi saya tak menyangka, Ibu saya dengan bijaknya berkata “Ya udah, nanti dibeliin deh, celana jeans”. Bahagia sekali rasanya. Hahaa. Jeans pertama yang saya punya. Hehe.

Teman-teman di sekolah yang membuat saya merasa sangat diterima. Menganggap saya orang yang agak ‘alim. Alih-alih pada akhirnya saya dijadikan sekretaris Rohis. Padahal sejujurnya, saya ingin sekali menjadi seperti mereka, loh. Makanya, sesekali saya ikut “main” dengan mereka. Hang-out, ngedance, nyanyi2 bareng sambil main gitar, yang kadang saya masih suka menyesal: kenapa dulu gw gak mau yaa diajarin main gitar? Hhe. Hal konyol lainnya, pernah juga saya menemani seorang teman dekat saya, waktu itu, dia mau kabur –dalam arti sebenarnya- dari rumah. Kabur bersama pacaranya. Bodohnyaaaaaaaaa…. Malah saya temani tuh anak. Hahah. Haduuh. Jadi kasus di sekolah, berkali-kali saya dibawa ke ruang BK, dimintai penjelasan mengenai kronologi perjalanan saya dan teman saya itu. Ya, sudahlah, masa lalu. Itu polos atau bodoh, saya juga gak tau. Pengalaman berharga buat saya, kalau mau tolong menolong itu yaa dalam rel kebaikan aja. Hehe. Sekarang dia sudah dengan kehidupan barunya di seberang pulau sana, Insyaa Allah:)

Menengah pertama juga jadi masa-masa yang kata orang ada cinta pertama, ya. Hehe. Yaaa, sebagai perempuan normal, saya juga merasakan hal itu. Eiits, itu bukan cinta deng. Saya yakin betul itu. Hanya –pernah naksir- juga ditaksir lelaki saat itu. #ciee. Sudahlah, itu kisah lalu. Untungnya tak pernah ada yang “kejadian”, ya memang sejak dulu saya sudah memegang prinsip : No pacaran before married. Hehe. Beberapa teman saya pun mengikuti prinsip saya looh. Hoho. Jadi ya, Cuma buat suka-sukaan aja. Anehnya, ada satu orang yang saya taksir waktu SMP, eh masa dia baru bilang saat saya kuliah tingkat dua. #huuuuuuuuuuuuu Coba kalau dulu dia bilang. Hehe. *apasiii*


Well, Menengah pertama, saya masih memiliki orangtua yang luarbiasa memberikan kebebasan pada saya. Selama masih dalam jalur yang baik, menurut mereka. Selain itu, karena saya juga masih mengikuti apa mau-nya Ibu waktu itu, beliau yang meminta saya untuk sepekan sekali hadir kerumah temannya, bertemu dengan anak-anak yang seusia saya juga saat itu, ternyata namanya: Halaqah. ^^



 *Mi: panggilan saya buat Ibu saya, Ummi. :)

*masih to be continued, yaa, InsyaAllah* :)

Sunday, January 6, 2013

metamorfozah #1





Saya hanya sedang ingin mengingat masa yang telah lalu. Mungkin suatu saat saya lupa, atau mungkin suatu saat saya telah tiada. Maka disini saya akan coba menulis dan berbagi, semoga ada manfaat yang bisa diambil, meski sedikit saja. :)



Saya bingung mau menyebutnya apa, jadi namakan saja

: M-E-T-A-M-O-R-F-O-Z-A-H :



Lahir sebagai sulung, dengan 3 ukhti dan 2 akhi sedarah. Keenamnya terlahir dari rahim seorang perempuan yang teramat mulia dan seorang ayah yang –terlalu- banyak jasa.



Sebuah Metamorfozah, :)



Bayi dan Balita. 

Tidak banyak yang saya ingat di masa ini. Untuk mengingat-ingatnya, ya saya secara langsung suka meminta orangtua saya untuk menceritakan masa kecil saya. Ceritanya gak jauh-jauh dari kebiasaan saya yang suka makan roti segigit, kemudian langsung membuang roti tersebut. Juga cerita-cerita lainnya, yang jujur saya gak ingat, beneran. haha. Padahal katanya ini golden age ya? hehe




Kanak.

Saya pernah masuk TK, tapi keluar tanpa ijazah TK. hehe. Masuk ke TK A setahun, namun kemudian akselerasi langsung ke kelas 1. hehe. Thats why, kenapa usia saya -kemudaan- setahun dibanding usia teman2 normal saya di kelas. Well, Ada satu teman TK saya yang masih saya ingat sampai detik ini, namanya "Afifah". Disaat saya dan teman-teman yang lain masih iqra' 1, dia sudah lancar membaca Al Quran. Saya iri betul padanya. Sampai beberapa tahun kemudian, saya dengar kabar bahwa dia sudah menyelesaikan hafalan 30 Juznya. Pernah jadi korban Tsunami 2004 lalu, Alhamdulillaah ia selamat padahal sekitarnya telah jadi puing-puing. Sayapun berpikir, Allah pasti selalu lindungi keluargaNya di bumi, dan kalau tidak salah, sekarang dia tinggal di Aceh bersama keluarga barunya.  MaasyaAllah :)

Saya bahagia mengenalnya, meski sebentar. :)

Setelah menyelesaikan TK setahun yang berujung tanpa gelar. *halaah*. Ibu saya mendaftarkan saya di sebuah sekolah dasar negeri, yang seluruh siswanya masuk siang. Alasan Ibu jelas betul, karena saya tidak bisa bangun pagi. :(

Jadilah saya siswa selama enam tahun yang baru mulai sekolah jam 12, sampai sore hari. Tapi selain itu, Ibu juga mendaftarkan saya di sebuah Madrasah Diniyah Awaliyah (semacam tempat ngaji gitu), jadi tiap pagi tetep aja, saya ngaji jugaaaaaa.

Kisah SD yang tidak pernah saya lupakan, hari pertama sekolah saya menentang orangtua saya dan berkata “aku gak mau pakai jilbab, malu. Ga ada temennya”, tapi kemudian orangtua saya mengiyakan “yaudah terserah kamu, nanti kalau di sekolah ada temannya yang pakai, besok pakai yaa :)"

Dengan PDnya, hari pertama kelas 1 SD, saya dengan seragam yang tanpa jilbab. Hehe. Ternyata di sekolah ada 1 orang yang pakai jilbab. Besoknya saya langsung bilang ke Ibu saya kalau “Mulai besok aku sekolahnya pakai jilbab! ”



Makanya, sampai sekarang, kalau ada yang bertanya, sejak kapan saya pakai jilbab, seenaknya saya bilang : sejak bayi kali, hehe. Tapi sempat dibuka di hari pertama sekolah, :D

Sekolah Dasar, enam tahun yang tak terasa, mengantar pada sebuah masa selanjutnya. Banyak diskusi dengan orangtua, mereka yang sungguh tidak banyak sekali memaksa. Contoh simpelnya: waktu ada acara PERSAMI –Perkemahan Sabtu Minggu-, disaat ada beberapa orangtua dari teman saya yang tidak mengizinkan anak-anaknya ikut. Tapi orangtua saya yang legowonya, mengizinkan saya. Haha. Senang punya orangtua yang “membebaskan” anak-anaknya. Ada lagi, saat kelas 6 SD, saya “bergaya” mau fokus Ujian kelas 6, jadi saya minta ngajinya “diberhentikan”. Mereka pun mengizinkan.

*Hal yang sampai sekarang kadang masih membuat saya menyesal, kenapa saya berhenti -mengaji- saat itu? Tidak tuntaskan hafalan dan selanjutnya masa SMP yang benar-benar membuat saya ngawur dan hedon




Hehe



*to be continued, Insyaa Allah* :)

 #SAfar1434
- 070113

Wednesday, December 19, 2012

Gerak yang Menyembuhkan

Seorang kawan pernah berkata,
“Bergerak dulu baru sembuh, atau sembuh dulu baru bergerak (?)”

Haha. Ternyata seringkali sayapun mengalaminya, terombang-ambing menjawab tanya itu. Meskipun hanya pertanyaan yang berseliweran dalam diri.
Saya juga belum benar-benar mampu menjawabnya, sampai disuatu waktu saya mendapat jawabannya, sendiri, langsung dengan pengalaman saya sendiri.


Entah harus dituliskan bagaimana, yang jelaaaas, bergerak saja semampu diri, menunaikan satu per satu amanah yang memang harus sesegera mungkin dilaksanakan. Dengan tidak merasa-rasa bahwa diri ini sebetulnya sedang butuh sesekali untuk dimanja. Diajak berdiam, tanpa harus melakukan suatu apa.


Dan ternyata, bergerak itu memang benar-benar menyembuhkan. Lupa kalau ternyata punya “diri” yang butuh pemanjaan. Hmm, mungkin, gerak itu adalah bentuk pemanjaan untukmu, diri. :)


Dilain waktu, ada masa ketika memang “diri” bukan hanya sekadar -butuh dimanja- . Yaap, tapi sudah memaksa. Ini berbeda. Bukan butuh tapi memaksa. Memaksa untuk dimanja.

Maka benarlah, amanah apapun memang harus tertunaikan, terjalankan, dan berjalan sesuai dengan porsinya masing-masing. Pun menunaikan hak “diri” sebagai amanah yang Tuhan beri. 

Maka benarlah, porsi asupan ruhiy mesti setara dengan amanahmu. Asupan gizi untuk fisikmu juga harus sebanding dengan jam terbangmu..

Sebab amanah itu harus tertunaikan, sesuai dengan porsinya masing-masing.
Agar tak ada yang tersakiti atau terzhalimi.

Untukmu diri, maaf ya sering dzhalim.

Untukmu ruhiiy, ternyata masih banyak ruang kosongmu, disana ya? Astaghfirullaah. Doakan agar bisa terus kontinu terisi. 


Kemudian,
“Bergerak dulu baru sembuh, atau sembuh dulu baru bergerak (?)” :)
Silahkan jawab :) 


#Safar 1434 
20.12.2012

Penolakan

Terlepas dari Qadarullah, sekarang saya sadar, bahwa memang ada saat-saat dimana kesempatan itu tidak akan pernah bisa hadir, dua kali.

Maka, memilih untuk menerima atau memilih (lebih) memilih-milih adalah pilihan.
Saya masih ingat betul, ketika masih sekolah di menengah atas, saya ditawari kendaraan oleh Ayah saya.

Kata Beliau : “Kamu butuh motor? Kalau mau, tapi yang M*O” (menyebut salah satu merk motor matic)
Saya : “iya maauuu. tapi ga mau matic, maunya yang biasa, yang gigi”

Entahlah, pikiran saya dikala itu, matic itu gak kece. Terlalu feminin (lah padahal saya juga perempuan sih, hhe). Tapi yaa saya lebih berharap dikasih motor nonmatic. Begitu.
Pada akhirnya, saya benar2 tidak “mendapat” motor pribadi dari ayah saya, sampai detik ini. Hehe. Yaa karena penolakan (saya) itu. #Think- 1


Saya juga masih ingat betul, masih ketika SMA, ada yang bersedia untuk menjadi pelatih saya buat menyetir mobil. Tapi karena beberapa faktor, lagi-lagi penolakan saya, saya belum sempat belajar menyetir mobil, baru sekali waktu itu. Sampai detik ini, sampai emang taqdirnya juga sih, mobilnya sekarang udah ga ada, alias dijual. :( *dan saya belum bisa nyetir* #Think- 2

Dan bila, ada yang “datang” suatu waktu, lalu dengantanpaberpikirpanjang kembali lagi berlaku penolakan itu, hm, hati-hati kali ya. hahahah. #ooopps
#Think- 3


*ini kenapa endingnya jadi begitu yah, hehe*
~Safar 1434

Saturday, December 8, 2012

Niscaya itu, Sementara(kan) saja

Katanya, hidup itu hanya siklus. Baik-buruk. Suka-Duka. Atas-Bawah. Masuk-Keluar, … juga berbagai hal yang selalu memiliki pasangannya, ah bukan pasangan. Tapi Lawan. Lawan Kata, tepatnya.

Pun katanya, kelahiran selalu akan berakhir pada kematian. Begitupun pertemuan, akan selalu berujung pada perpisahan. Itu katanya. Tapi kau juga percaya, bukan? Kalau hal itu niscaya.

Oh Allah, satu diantara banyak pintaku padaMu. Izinkan aku untuk terus meminta. Ya, meminta-minta padaMu. Sebab tak tau lagi kepada siapa aku harus meminta. Sebab yang aku tau hanya Kau yang Maha Pemberi, Allahku.

Allah, satu diantara banyak pintaku padaMu.
Bila memang semua harus berakhir pada kematian. Bila setiap pertemuan harus selalu berujung pada perpisahan. Maka jadikan itu semua hanya sementara. 

Jadikan setiap perpisahan hanya sebagai perpisahan yang sementara. Itu saja.
Kekalkan kami (lagi) kelak, ya Rabb.
Kekalkan kami kelak di tempat kedamaian yang senantiasa Kau janjikan. Izinkan kami kelak bertemu, tanpa berpisah (l(lagi). Izinkan kami semua “terlahir kembali” untuk kehidupan yang damai lagi abadi..
“dan orang-orang yang beriman, beserta anak-cucu mereka yang mengikuti mereka dalam keimanan. Kami pertemukan mereka dengan anak-cucu mereka (di dalam surga), dan Kami tidak mengurangi sedikitpun pahala amal (kebajikan) mereka. Setiap orang terikat dengan apa yang dikerjakannya”
(Ath Thuur: 21)

: satu hari. saat berkesempatan menghadiri acara walimah, mendapat kabar meninggal, menjenguk seorang yang sakit (tak sadarkan diri), hingga kabar kelahiran seorang jundi baru.
Allah, thank to teach me about everything. Every-Think!
#Muharram1433
Desember’12

Friday, November 30, 2012

dari yang udah pernah jadi bagianmu, #MP!

Entahlah, awalnya sudah mulai melupakannya. Tapi tiba-tiba gw diingatkan lagi, pas baca status FBnya bang Akmal.

He said :
“Good bye Multiply… There will always be a chapter in my life with your name on the title. It’s been a great ride, but everything must come to an end. Thanks for everything. Thanks to Multiply, and thanks to all MP-ers…” 

Huhuuuu. Tadinya gw lupa, beneran udah mencoba untuk melupakan, begitu. Buktinya, gw udah coba untuk move on ke BS dan Tumblr. Memindahkan semua kenangan gw yang ada disana, ke darigalaksibimasakti gw sekarang. Tapi bagaimanapun, gw ga boong, gw udah nyaman banget disana. Ahhh :(

Yap. Ini lagi-lagi tentang #MP. Waktu itu sampe pernah bikin kultwit tentang #MP, tapi agak sulit dilacak kultwit gw itu. Makanya gw mau nulis lagi disini. Hehe. Setidaknya, ini bisa jadi kenang-kenangan di detik-detik perpisahan antara gw dan dia.

Yeah, gw tuh udah temenan ama #MP sejak 2008. Meski baru intens berteman dengannya di 2009. Gw bisa belajar banyak hal atas jasanya si #MP.

Gw bisa nulis seenak dan semau gw, di #MP. Gw bisa bebas berekspresi, walaupun bikin orang mengernyitkan dahi tuh, di #MP. Gw bisa kenalan dan ketemu sama orang2 hebat tuh, salah satunya di #MP.

#MP yang selalu gw buka kalau gw lagi mau tak-tik-tuk katarsis gak jelas. hhe.

#MP tuh tempat buat gw menyimpan berbagai “terserak” yang gw temukan di kehidupan normal dan abnormal gw.

Sampai gw sadar kalau, postingan2 gw di #MP dari bulan ke bulan, tahun ke tahun tuh benar2 jenjang pendewasaan gw, nampaknya. Ihiiy.

Pokoknya, #MP tuh, kenangan dan nyaman banget deh.:)

Sampai tiba masanya, ketika gw harus belajar untuk melepas seseorang (eh salah deng, sesuatu) yang benar2 udah bikin gw deket bangeet sama dia. hehe.


-dari yang udah pernah jadi bagianmu, #MP-
 
*zheezou.multiply.com* 
:*

Tuesday, November 13, 2012

Nikmati Saja

Terus menerus ada di satu ruang (yang sama), akan membuat kita menjadi sangat jenuh.
Maka, perlu ada ruang-ruang lain yang memang harus dikunjungi, disinggahi.

Bersyukur adalah ketika masih memiliki “keluarga” di tengah aktivitas nyekripsi. Ya yaa, menjadi satu hal yang patut disyukuri. Terlebih untuk sepanjang perjalanan pulang tadi.


itu Nikmat. :)


Ingin me-nyerius-kan diri, dengan tanpa menjauhkan diri dari berbagai alat komunikasimu, entah gadget atau “tab” socmed yang masih hidup.
Nyatanya menjadi satu hal yang amat teramat sangat sulit.
Tak bisa serius. Kehilangan fokus. Berbagai ruang-ruang lain yang masih mengikutimu, mau tak mau.
Meski bukan kau yang menghampiri mereka.
Allahumma, semoga semakin menyadarkan bahwa
: Apa-apa yang harus kita kerjakan memang selalu lebih banyak dari waktu.
: Lantas bagaimana mampu untuk menaklukkan waktumu, Zah.

Itu konsekuensi.

Thursday, November 8, 2012

Cermin terbaik kirimanNya

Bismillaah,, 



Allah selalu punya cara terkeren buat bikin kita ngerti, faham, dan pada akhirnya sadar.


See? 
Akhirnya saya sadar, 
entah ini adalah kesadaran saya yang keberapa. 
Tapi sering, yap, sering. 
Seriiiiiing banget Allah bikin saya sadar, 
dengan cara yang ah, it's too simple
atau terkadang lewat cara yang berputar-putar, tapi pada akhirnya disitu juga. 
atau pernah juga, ibaratnya bikin saya dari Jakarta ke Bandung, tapi melewati Makassar dulu. 

hm, apadeh ini analoginya,, haha.
yaa suka-suka saya lah yaa.. 
intinya begitu. 
Mudah.
Mudaaah banget bagi Allah mah. 
ciyusss deh, :


dan kali ini, (meski) ini udah yang kesekian kali sih. 
Tapi saya baru nulis tentang ini sekarang.
Hm, Dia memang paling Tahu, kalau saya selalu #nyess kalau dikasih cara yang beginian. 

Beginian? hehee..
okesip, sebelum nambah berbelit-belit apa yang mau saya ceritakan..

Begini, Beginian itu adalah..
caraNya Allah buat saya, dan yang paling sering bikin saya #nyess sendiri adalah dengan sesimpel : 
Allah memberikan cermin ke saya dan seketika itu pula saya (yang mau tak mau) diberikan kesempatan untuk berbicara sendiri di hadapan cermin itu. 

**

Suatu siang, antara dua bocah perempuan, di sebuah kursi panjang di depan kantor Jurusan. Sembari menunggu dosen untuk melakukan bimbingan. 

Saya ditemani oleh seorang teman, sebut saja Nia, yang selama empattahun lebih dikenal sebagai orang yang superpendiam. haha.

tiba-tiba dirinya melepas keheningan.. hhoo.. 



Nia : Zah, emang Allah selalu ngasih yang terbaik ke kita?

Saya : Iya, Ni... Pasti. Pasti. Apapun dan bagaimanapun yang Alah kasih ke kita. Itu pasti yang terbaik. Gak mungkin enggak. :)

Nia : walaupun, itu bentuknya musibah? 

Saya : Hmm, iya *menghela napas*. Kadang, kita gak tau makna dibalik -apapayangkitaanggap- musibah itu. Tapi pasti ada hikmah. Dan itu yang terbaik. 

Nia : meskipun bertubi-tubi ? 

Saya : Bisa jadi itu ujian. Ujian itu kan kenaikan derajat keimanan. Ibaratnya gini Ni, gak mungkin kan, anak SMP, dikasih soal ujian SMA.. Itu terlalu sulit. Dan gak mungkin, anak SMP, cuma dikasih ujian anak SD, itu terlalu mudah. Masing-masing ada ukurannya. Allah tau ukuran kita, kita harus dikasih soalujian yang kayak gimana, dan Allah jamin kalau kita bisa melewatinya. Gak mungkin melewati kapasitas kita. Laa yukallifullahu nafsan ilaa wus'aha, gitu kata Allah. Intinya, tergantung sejauh mana usaha kita melewatinya.  Kalau kata temen gw, kalau kita udah nyerah dan bilang gabisa, itu berarti: belum semua kemampuan kita kita kerahkan. 
Allah pasti kasih yang terbaik, pasti Ni. Husnudzhan sama Allah. Itu kuncinya. Kunci biar Bisa sabar. Biar Bisa ikhlas. :)

Nia : Iya ya Zah,, Allah.Pasti.Kasih.yang.Terbaik.Buat.Kita. :)

Saya: #MasihHening
 



*sesering itu Allah ngasih pinjem cermin ke saya dan kali itu lewat teman yang saat itu sedang duduk di sebelah. Ia membiarkan saya berbicara padanya, pada teman saya. Tapi sejatinya, sungguh, saya sedang berbicara dengan diri saya sendiri. Menampar-nampar halus benak saya. Belajar lagi tentang kata Ikhlas, Rela, Husnudzhan dan seperti yang saya sampaikan pada teman saya itu : Percaya. Kalau Allah selalu kasih yang terbaik buat kita, gak mungkin enggak. 


Setelah agak lama hening kembali, 

tiba-tiba Nia menanyakan hal lainnya.. 

Nia: Oh ya Zah.. Percaya gak zah, kalau jodoh itu.... 

Saya : -____________-" *berharapdosenlangsungdatang, tapi ternyata belum dtg2 juga. Sampai akhirnya obrolannya pun masih berlanjut. hahaa.



*jreng jreng.. ini cerita bakalan panjang. -next time saya sambung InsyaAllah yaa. :D



Oh My Allah, 
Subhaanaka Allahumma Wa bihamdika.. 

#Dzulhijjah1433
*RoadTo1434, InsyaaAllah*