Monday, November 8, 2010

shalihah-kan

Padahal, mereka hanya ingin tahu keadaan putrinya, malam itu.

Dengan lontaran tanya sederhana, “Kamu udah makan?”


Miris sekali, si nonataktahudiri itu malah mengabaikan saja tanya sang Bunda atau Sang Ayah . Ia lebih memilih untuk langsung masuk ke kamarnya.

 

Mungkin ia memang teramat lelah dengan berbagai peraktivitasnya di luar rumah.

Sehingga ia lebih memilih (men-)diam(-i) sapa dan tanya orang rumah, daripada khawatir kekata dengan nada (agak) keras yang nantinya akan terlontar.

Namun, betapa ia belum juga mau mengerti,

bila saja –rasa lelah- itu dapat dibandingkan.

Maka jelaslah, lelahnya kewajiban Sang bunda sepanjang hari di rumah akan lebih besar dibanding (sok) lelahnya ia menjalani hari di luar rumah –kuliah atau rapat inilah itulah atau apalah-

Tidak muluk-muluk, Sang Bunda-pun tentu hanya inginkan putrinya kembali ke rumah dengan wajah termanis, senyum terindah, sembari mencium tangan, tanpa ada raut lelah sekalipun pada air mukanya.


* Jangan biarkan ia terus begitu, my Allah..

Shalihahkan, shalihahkan, shalihahkan-lah Rabb..

0 comments:

Post a Comment