Sunday, November 28, 2010

doktrin. feminis (?)

feminis.feminis.feminis.

**

Keilmuan yang sedang saya geluti saat ini memang banyak sekali (Baca: hampir semua) mengadopsi teori2 barat. Bahkan, sepertinya sampai saat ini, saya belum pernah menemukan teori pure dalamnegeri. Mulai dari Maslow, Freud, Pavlov, Erikson, Kohlberg, Rogers, dan masih banyak lagi...

Hmm, mungkin bisa jadi karena itu, karena sok ke-Barat-Barat-an...

 **

 Akhir2 ini, Saya kembali tertarik buat ngaji lagi tentang gender, hmm, nampaknya memang stimulus dari luar yang begitu besar nyuruh saya buat lebih banyak lagi ngaji gender, hingga berujung pada: feminisme.

Walaupun saya bukan –anak gender- (baca: ngambil matkul pilihan gender), melainkan di semester ini, saya memang lebih interest ke –konseling anak- ketimbang gender. Kalo ditanya kenapa milih konseling anak, sederhana sih jawabannya mah, biar saya bisa lebih aplikatif nantinya, haha, ekspektasi saya yang sangat besar buat membentuk keluarga samaraqur (saya)  nanti, aamiin..

hohoo.. kejauhan dah ngayalnya..

back to the topic .. :D

 
yap. Stimulus kuat yang ‘maksa’ saya buat ngaji alias mengkaji lebih dalam tentang gender itu, yaa… gak jauh2.. dari lingkungan saya kuliah, salah satu fasilitator ilmu di tempat saya kuliah, alias dosen. Dengan atau tanpa saya sadari, jadi seperti terkena doktrin2 baru terhadap pemikiran2 tersebut. Bukan, bukan masalah ke gender-nya, tapi lebih kepada paham feminisme-nya.
Dan seperti itu pula yang terjadi pada saat proses kuliah. Entah sedang membahas pokok materi apa saat itu, saya lupa, haha. Yang jelas, saya ingat, tidak hanya sekali dua kali dosen tersebut mengeluhkan pelbagai hal –yang menurutnya sangat tidak adil untuk kaum perempuan-. Jadi gini, di kesempatan tersebut, dosen saya bilang, kurang lebih redaksinya seperti ini :

 

 ”...Sekarang bisa kita lihat, saat perayaan Idul Adha minggu lalu, di khutbah2 ataupun dimanapun, orang2 selalu menyebut2 kisah pengorbanan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail, tapi kenapa (dengan tanpa merendahkan Nabi Ibrahim dan Ismail), mereka dan kita tidak pernah memperhatikan kisah Siti Hajar? Padahal kan..tanpa siti Hajar, Nabi Ismail juga tak mungkin ada, dan tidak akan ada sumur Zam2 sampai sekarang. Itu apa artinya ? Seakan-akan perempuan tidak terlalu diperhatikan..”

 

Hmm, spontan sebenarnya saya berpikir, ahh gak up-date nih dosennya, karena seingat saya, di momen2 idul adha itu, saya menemukan sekaligus membaca tulisan tentang Hajar Ibunda Ismail. Rasanya, mendengar pernyataan dari Bu dosen itu membuat saya ingin mengacungkan tangan dan berkomentar, tapi sayang, entah saya sedang mencari2 pembenaran apa, karena sebenarnya sayapun pernah berpikir seperti yang terpikir oleh dosen saya itu, meski tak persis sama. Saya juga pernah bingung, kurang membaca tepatnya, sejarah islam jarang mencatat sosok2 hebat di balik kehebatan pejuang2 islam, seperti Istri ’Umar al Faruq, Ibunda Salman Al Farisi, atau siapapun itu. Saya sadar sih, sebenarnya mah ini hanya karena saya kurang baca siroh, padahal, banyak juga buku2 tentang para shahabiyah Nabi SAW.

Singkatnya, saya cuma bisa nelen ludah pas dengar beberapa komentar Bu Dosen tersebut..

Ternyata, gak cukup sampai disitu (sudah beda bahasan) ...ada lagi ’celetukan’ yang bikin nambah panass, ini :

 

”..Dan gak menutup kemungkinan, apa salahnya, kalau suatu saat nanti, negara kita, dipimpin (lagi) oleh perempuan, dan gak harus muslim !”
 

Astaghfirullah..
 

Jujur saya belum berani adu pendapat dalam kondisi seperti itu. Pertama, di kelas ada beberapa teman non muslim, meskipun dosen tersebut sebenarnya muslim. Kedua, menghindari debat kusir gak karuan nantinya, atau karena khawatir pemberian rasionalitas saya akan langsung di sanggah oleh beliau.

Yahh.. mungkin saya memang salah.. L

Ah, benar sekali. Menjadi satu kekecewaan batin sendiri, kalau kita pada akhirnya gak berani menyuarakan apa yang kita yakini benar. T.T
 

Well, sekarang ini, saya lagi baca buku yang dulu belum -abis- saya baca, judulnya ”Membincang Feminisme”.

 
Feminisme....
 

Intinya mah ya,

”...sepertinya feminisme ingin memperempuankan manusia di dunia, padahal islam ingin memperempuankan perempuan sebagaimana porsinya...”

 

atau seperti yang diungkapkan Prof. Dr. Zakiah Daradjat,

”Islam tidak mengenal konsep feminisme, ajaran Islam tentang perempuan sudah sangat jelas, tanpa perlu mendirikan feminisme”.

 

Dan bagi saya, cukuplah sebagaimana fakta sejarah yang merangkum semua, sebagaimana Rasulullah SAW menyebut ”Ibu” hingga tiga kali, barulah kemudian beliau menyebut ”Ayah”, ketika ditanya oleh salah seorang sahabat mengenai siapa orang yang harus lebih dihormati.

Ya.. bukankah di dunia belahan manapun, Ibu adalah seorang Perempuan?

Bukankah Islam telah nyata begitu menghargai sosok Perempuan ?

 

Dan yang memang harus diyakini kuat2 dalam benak dan pikiran ;

 ”Hakikatnya, kita mencari kebenaran, bukan –sebatas- pembenaran”

 

0 comments:

Post a Comment