Thursday, February 11, 2010

ketika Rabithah terjawab...

postingan yang tertunda **

Hoahmmm....
ada satu kisah spesial (for me..) yang ingin sekali rasanya ‘diabadikan’ dalam sebuah tulisan. Walau udah lumayan lama, sekitar satu ato dua pekan yang lalu, padahal waktu itu maunya langsung cerita ‘disini’ tapi karena beragam peraktivitas yang menyibukkan dan cukup melelahkan (huhh.. gaya bgd yak...), jadi baru sempat menorehkannya sekarang... ;p

* mencoba me-reflection kembali ‘rasa’ yang ada saat itu..

hari itu, duapuluhsembilanjanuaridua
ribusepuluh...

sore yang menjadi saksi bagi kami. setelah sekian lama wajah kami tak bertatap, sekian lama tangan kami tak berjabat, sekian lama kami tak saling tanya kabar, sekian lama, bahkan bagiku itu waktu yang cukup lama, dan semua waktu itu hanya menjadi sebatas pengharapan untuk sebuah perjumpaan, sebuah pengharapan yang diiringi doa, yang sangat aku yakini dapat kembali mengikat hati2 kami. Pengharapan yang hanya padaNya, Dzat yang membolak-balikkan hati2 kami.

Yaa... sore itu menjadi awal bagi kami untuk kembali ‘menambal’ bagian yang sobek pada rajutan kain kami. Sore yang menjadi saksi kalau tak akan pernah putusnya tali kami, kawan..... ^_^
*******

kawan, andai saja kau tahu, perasaan yang aku rasakan saat itu, saat ingin menuju tempat pertemuan kita, saat menanti kehadiranmu (kalian), saat menjelang detik2 pertemuan kita, saat merasa rabithah akan segera terjawab, saat kerinduan itu sebentar lagi akan bermuara.
Andai saja kau tahu, kawan. Apa yang aku rasa saat itu, saat aku merasa tak mampu lagi berkata-kata, sungguh, aku seperti orang yang belum pernah mengenalmu (kalian). Aku merasa asing, aku merasa... ah, tak biasa.

Dan saat itu. Andai saja kau tahu, kawan. Saat kau telah duduk disampingku, saat aku menjabat tangan halusmu, saat aku menatap matamu, saat aku melihat goresan senyum tulus dan rona bahagia dirimu, saat aku mendengar cerita2mu. Saat itu...... saat itu... aku benar2 bahagia, kawan.

Meski sejujurnya, aku bingung aku harus bersikap bagaimana denganmu, seperti yang tadi aku lontarkan, kalau aku tiba2 jadi merasa asing, aku-pun jadi salah tingkah. Mau memulai berbicara, tapi topik apa ????? ah,,, aku takut. Aku takut menyakiti hatimu, aku takut melunturkan senyum yang sudah sedari tadi ada di wajahmu, aku takut salah berucap, maka aku putuskan untuk tak banyak bicara, aku hanya akan menjadi pendengar, sesekali mungkin aku bicara, tapi bukan untuk mengangkat sebuah topik baru, karena aku-pun tak tahu lagi bagaimana caranya memulai. Ya. Aku tak tahu lagi bagaimana caranya memulai.
Kawan, sebenarnya banyak sekali yang ingin aku tanyakan segalanya perihal dirimu, tentang kondisimu, tentang keluargamu, dan mungkin juga tentang hidupmu. Tapi aku tak berani dan aku tak akan memaksa, kawan. Kalau memang mungkin kau menganggap itu sebagai privasimu dan merasa aku tak pantas tahu. Tak apa, kawan.

Tapi yang harus kau tahu, selamanya aku akan menjadi temanmu, sahabatmu, dan selamanya aku akan menjadi saudarimu, tak hanya disini.. tapi semoga kita juga dapat kembali bersama ‘disana’..
Kau juga harus tahu, kawan. Kalau aku sangat amat sayang dan cinta padamu. Aku tak rela sesuatu yang tak baik menimpamu, aku ingin segala yang terbaik untukmu, untuk kita.
Kawan, ‘rasa’ kita akan tetap sama, seperti hari2 pertama yang kita lalui saat Allah mempersatukan kita dalam cintaNya.

Terima kasih, kawan.
untuk warna yang telah kau berikan di hari itu...
dan aku berharap itu bukanlah akhir pertemuan kita.
semoga Ia akan memberikan episode2 baru yang lebih indah untuk kita jalani nanti.

Love u all so much...
^^
*****
“... maka Allah mempersatukan hatimu lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang2 yang bersaudara”
(QS. ‘Ali ‘Imran : 103)

Dan ikatan hati itu akan ada, P.A.S.T.I,,,,
Selama masih karenaNya...

05Februari’10
22.17

0 comments:

Post a Comment