Saturday, December 8, 2012

Niscaya itu, Sementara(kan) saja

Katanya, hidup itu hanya siklus. Baik-buruk. Suka-Duka. Atas-Bawah. Masuk-Keluar, … juga berbagai hal yang selalu memiliki pasangannya, ah bukan pasangan. Tapi Lawan. Lawan Kata, tepatnya.

Pun katanya, kelahiran selalu akan berakhir pada kematian. Begitupun pertemuan, akan selalu berujung pada perpisahan. Itu katanya. Tapi kau juga percaya, bukan? Kalau hal itu niscaya.

Oh Allah, satu diantara banyak pintaku padaMu. Izinkan aku untuk terus meminta. Ya, meminta-minta padaMu. Sebab tak tau lagi kepada siapa aku harus meminta. Sebab yang aku tau hanya Kau yang Maha Pemberi, Allahku.

Allah, satu diantara banyak pintaku padaMu.
Bila memang semua harus berakhir pada kematian. Bila setiap pertemuan harus selalu berujung pada perpisahan. Maka jadikan itu semua hanya sementara. 

Jadikan setiap perpisahan hanya sebagai perpisahan yang sementara. Itu saja.
Kekalkan kami (lagi) kelak, ya Rabb.
Kekalkan kami kelak di tempat kedamaian yang senantiasa Kau janjikan. Izinkan kami kelak bertemu, tanpa berpisah (l(lagi). Izinkan kami semua “terlahir kembali” untuk kehidupan yang damai lagi abadi..
“dan orang-orang yang beriman, beserta anak-cucu mereka yang mengikuti mereka dalam keimanan. Kami pertemukan mereka dengan anak-cucu mereka (di dalam surga), dan Kami tidak mengurangi sedikitpun pahala amal (kebajikan) mereka. Setiap orang terikat dengan apa yang dikerjakannya”
(Ath Thuur: 21)

: satu hari. saat berkesempatan menghadiri acara walimah, mendapat kabar meninggal, menjenguk seorang yang sakit (tak sadarkan diri), hingga kabar kelahiran seorang jundi baru.
Allah, thank to teach me about everything. Every-Think!
#Muharram1433
Desember’12

0 comments:

Post a Comment