Wednesday, December 19, 2012

Penolakan

Terlepas dari Qadarullah, sekarang saya sadar, bahwa memang ada saat-saat dimana kesempatan itu tidak akan pernah bisa hadir, dua kali.

Maka, memilih untuk menerima atau memilih (lebih) memilih-milih adalah pilihan.
Saya masih ingat betul, ketika masih sekolah di menengah atas, saya ditawari kendaraan oleh Ayah saya.

Kata Beliau : “Kamu butuh motor? Kalau mau, tapi yang M*O” (menyebut salah satu merk motor matic)
Saya : “iya maauuu. tapi ga mau matic, maunya yang biasa, yang gigi”

Entahlah, pikiran saya dikala itu, matic itu gak kece. Terlalu feminin (lah padahal saya juga perempuan sih, hhe). Tapi yaa saya lebih berharap dikasih motor nonmatic. Begitu.
Pada akhirnya, saya benar2 tidak “mendapat” motor pribadi dari ayah saya, sampai detik ini. Hehe. Yaa karena penolakan (saya) itu. #Think- 1


Saya juga masih ingat betul, masih ketika SMA, ada yang bersedia untuk menjadi pelatih saya buat menyetir mobil. Tapi karena beberapa faktor, lagi-lagi penolakan saya, saya belum sempat belajar menyetir mobil, baru sekali waktu itu. Sampai detik ini, sampai emang taqdirnya juga sih, mobilnya sekarang udah ga ada, alias dijual. :( *dan saya belum bisa nyetir* #Think- 2

Dan bila, ada yang “datang” suatu waktu, lalu dengantanpaberpikirpanjang kembali lagi berlaku penolakan itu, hm, hati-hati kali ya. hahahah. #ooopps
#Think- 3


*ini kenapa endingnya jadi begitu yah, hehe*
~Safar 1434

0 comments:

Post a Comment