Tuesday, February 23, 2010

Saya menulis, Maka...

Jika seorang Rene Descartes pernah berkata:

Cogito, Ergo sum.

Saya berpikir, maka saya ada.


Maka ingin saya tuliskan kalau…

Saya menulis, maka saya berkaca.

Ya. Saya merasa lega ketika saya telah mengungkapkan segalanya terlebih lewat sebuah tulisan, entah itu adalah tulisan katarsis-an, tulisan untuk sebuah kisah perjalanan, tulisan refleksi diri, tulisan dialog antara diri dengan batin ataupun tulisan yang agak serius yang dapat berupa artikel (yang ini masih sangat sedikit). Dan ketika itu juga saya merasa diri saya tengah berkaca, berkaca atas apa yang telah saya tuliskan. Seperti itukah saya ? Lalu, saya harus seperti apa ?


Saya menulis, maka saya bermimpi. 

Saya juga senang menuliskan berbagai mimpi saya yang saya percayai suatu waktu saya bisa meraih apa yang telah saya tuliskan itu.


dan...
Saya menulis, maka saya tinggalkan jejak.

 

********


energi baru itu, salah satunya (mungkin) kamu

Subhanallah wal hamdulillah...

Sepulang dari kampus tadi, sengaja (sekaligus memang rindu), untuk ‘menengok’ SMA. -Jarak kampus-SMA emang gak terlalu jauh sih..- Biasanya jumat memang ada kuliah sampe sore, tapi kebetulan tadi dosennya berhalangan untuk hadir. Jadi akan aku manfaatkan waktu yang ada untuk silaturrahim ke SMA. Yap. SMA. dua-dua.

**
Kangennn euy.. setelah lumayan lama gak menyempatkan diri untuk ke sana. Entah kangen sama apanya. Yang jelas aku kangen dengan suasana sekolah-an. Kangen sama adik2 ‘lugu’ dan manis2 itu. Kangen sama Masjid Al Fikri yang punya banyak sejarah, unforgetable moment, unforgetable placement, unforgetable persons. Dan sebenarnya, yang paling aku kangen-in emang suasana mentoring-nya. Kangen menobatkan diri menjadi “Kakak mentor”. hmmmm...

Ckckckk... terkait mentoring, emang banyak banget yang harus aku instropeksiin sendiri, bukan atas nama lembaga atau apa, tapi instropeksi atas nama aku, atas nama diri, atas nama pribadi, atas nama HAMBA, yang udah lalaaaaaaaaaaiiii banget. Astaghfirullah...
Parah. Parah... ckckckck...

Satu kelompok yang aku pegang di SMA jadi menghilang gitu ajah. Kadang aku bingung, salah siapa yaaa...? Sampe susaaaaaaaaaaaaaahhhh banget ngajak-in ade2 yang baru buat ngelanjutin mentoring. Setelah bercermin, sebenarnya itu semua juga ngaruh ya sama kondisi aku-nya, khususnya ruhiy dan menej waktu. Betul tidak ?
Oh ya, ternyata gak cuman adik2 di SMA aja yang pada ‘ngilang’, tapi adik2 kelas di kampus juga pada kemana ya ????? Innaalillaah...
*permudah, ya Allah...
Aku akan segera berbenah, memperbaiki semuanya, meski tak langsung sekaligus, tapi setidaknya akan ku segera perbaiki, men-charge ruhiy kembali, mem-full-kannya, me-menej waktu, waktu yang dirasa semakin kurang dari yang harusnya dilakukan, padahal setiap orang juga sama2 24 jam. – Hariitsun ‘ala waqtih ---
Ya. 3B - 3 kata pamungkasku - Bismillah. Bi idznillah. Bisa.
**
Satu energi baru yang aku dapatkan. Sepulang dari SMA (dua-dua) tadi.

Setelah bertemu dengan adik2 manis tadi, seperti ada rindu yang terobati. Aku diminta untuk ngisi ‘mentoring singkat’, karena kebetulan tadi di sekolah sedang ada acara rohis, yang alhamdulillah bisa membentuk beberapa kelompok mentoring baru. Jadilah aku kembali berkenalan dengan adik2 yang baru, mentoringpun berjalan, meski singkat, hanya perkenalan, ditemani dengan senampan nasi goreng spesial untuk satu kelompok sebagai menu untuk acara hari itu. Subhanallah, tak ku sangka, adik2 yang baru aku kenal itu benar2 sangat antusias, diskusi kami-pun mengalir, membuat kami semakin akrab.. Hingga waktu yang disediakan panitia sudah habis, tapi tetap saja kami masih larut dalam obrolan. Bukan obrolan yang tanpa makna, insya Allah.

Senang sekali aku hari ini, duduk kembali dalam lingkaran baru. Semoga duduk2 kami siang tadi menjadi langkah awal untuk kedepannya, dan semoga bisa ter-follow up-i dengan baik. Aamiin.

**

Dan..
aku rindu zaman itu....
ketika pertama kali mengenal sahabat2 baru di sana..
duduk sama-sama dalam satu lingkaran kecil.
membahas semuanya; diri, keluarga, agama, sekolah, rohis, juga menjadi wadah kita berbagi rasa.
mengerjakan tugas sama-sama.
saling mengajarkan sekaligus masing2 kita saling belajar.
belajar untuk mengenal, belajar untuk mengerti, belajar untuk memahami, belajar untuk mencintai...
belajar untuk mendengar, belajar untuk berbicara, belajar untuk bekerja sama.
kami ada dalam satu atap yang sama.
kami ada di atas pijakan yang sama.
dan mulailah saat itu kami melangkah, dengan langkah pertama kami.
dan selanjutnya,
kami ber-dinamika.
di perjalanan, kami sama-sama berlari, saling mengejar.
bukan berarti kami tak pernah menengok atau meninggalkan. bukan berarti kami hanya mementingkan masing-masing kami. Tidak.
sesekali ada diantara kami yang terjatuh, dan kami saling membantu, mengajak untuk bisa bangkit kembali.


Romantika itu memang begitu indah.
Menjadi satu kenangan manis di setiap memori kita. Persaudaraan kita tak akan pernah berakhir, sampai kapanpun.
Bukankah kita masih ada dalam satu atap yang sama?
Bukankah kita masih di atas pijakan yang sama?
Bukankah hati-hati kita memang (akan) selamanya menyatu, selama masih karena-Nya ?
Dan berharap, persaudaraan kita akan menemani hingga akhir perjalanan kita nanti, membawanya pada keabadian, hingga kelak kita bisa sama2 berkumpul ‘disana’ meski hanya diatas sebidang tanah yang Ia sediakan untuk kita....
(special for all kalamerz)

* Maka, jangan pernah mengecewakanNya. Karena harga tanah ‘disana’ gak semurah itu............


Feb 19th..

Thursday, February 18, 2010

RidhaNya untukku ada padamu, bunda.

Sesekali tersadar.
Namun berkali kali ku ulangi.
Ku lakukan lagi dan lagi..
Seakan ku tak tau (atau mungkin tak mau tau) kalau ridhaNya untukku ada padamu, bunda.

'berbakti'
mengapa kata itu jauh sekali dariku..?
:'(

Sunday, February 14, 2010

thx for my SH


SH : Terus, sekarang ditakdirkan buat merasakannya... (Lagi ????!!!!)

Zah : Mmmmm.... (* cuman diem2 aja.. bengong..manggut2...geleng
2..)

SH : Iya..iya..iya...tau.. gak bisa nolak... F.I.T.R.A.H,,,
ya kan ??? pasti itu jawabanmu.
Makanya simpen aja sama aku... aku jamin akan terjamin,, cuman kita berdua yang tau plus Yang Maha Tahu. Gimana..gimana ????

Zah : Gak mau.. ! Zah gak mau nyimpen sampah. Zah mau buang. Tapi...

SH : Tapi kenapa , Zah ?

Zah : Tapi gimana caranya bisa dibuang ?

SH : Let’s do it !
Pertama, kamu harus lebih deket lagi sama Yang Memberikan Fitrah ‘itu’ ke kamu. Itu cara paling ampuh, Zah. Dan jadi satu2nya cara. Dengan begitu, nanti aku akan ajak ngomong Mr.Brain plus kaki tangannnya biar bisa ikutan bantuin kamu juga biar gak nyimpen‘sampah’ begituan.Terakhir, yang harus kamu ingat,

senang tapi fana, untuk apa ?
kalau harus berujung luka...

toh,, gak ada yang berhak, selainNya...


* Thx for my- SH...

Thursday, February 11, 2010

ketika Rabithah terjawab...

postingan yang tertunda **

Hoahmmm....
ada satu kisah spesial (for me..) yang ingin sekali rasanya ‘diabadikan’ dalam sebuah tulisan. Walau udah lumayan lama, sekitar satu ato dua pekan yang lalu, padahal waktu itu maunya langsung cerita ‘disini’ tapi karena beragam peraktivitas yang menyibukkan dan cukup melelahkan (huhh.. gaya bgd yak...), jadi baru sempat menorehkannya sekarang... ;p

* mencoba me-reflection kembali ‘rasa’ yang ada saat itu..

hari itu, duapuluhsembilanjanuaridua
ribusepuluh...

sore yang menjadi saksi bagi kami. setelah sekian lama wajah kami tak bertatap, sekian lama tangan kami tak berjabat, sekian lama kami tak saling tanya kabar, sekian lama, bahkan bagiku itu waktu yang cukup lama, dan semua waktu itu hanya menjadi sebatas pengharapan untuk sebuah perjumpaan, sebuah pengharapan yang diiringi doa, yang sangat aku yakini dapat kembali mengikat hati2 kami. Pengharapan yang hanya padaNya, Dzat yang membolak-balikkan hati2 kami.

Yaa... sore itu menjadi awal bagi kami untuk kembali ‘menambal’ bagian yang sobek pada rajutan kain kami. Sore yang menjadi saksi kalau tak akan pernah putusnya tali kami, kawan..... ^_^
*******

kawan, andai saja kau tahu, perasaan yang aku rasakan saat itu, saat ingin menuju tempat pertemuan kita, saat menanti kehadiranmu (kalian), saat menjelang detik2 pertemuan kita, saat merasa rabithah akan segera terjawab, saat kerinduan itu sebentar lagi akan bermuara.
Andai saja kau tahu, kawan. Apa yang aku rasa saat itu, saat aku merasa tak mampu lagi berkata-kata, sungguh, aku seperti orang yang belum pernah mengenalmu (kalian). Aku merasa asing, aku merasa... ah, tak biasa.

Dan saat itu. Andai saja kau tahu, kawan. Saat kau telah duduk disampingku, saat aku menjabat tangan halusmu, saat aku menatap matamu, saat aku melihat goresan senyum tulus dan rona bahagia dirimu, saat aku mendengar cerita2mu. Saat itu...... saat itu... aku benar2 bahagia, kawan.

Meski sejujurnya, aku bingung aku harus bersikap bagaimana denganmu, seperti yang tadi aku lontarkan, kalau aku tiba2 jadi merasa asing, aku-pun jadi salah tingkah. Mau memulai berbicara, tapi topik apa ????? ah,,, aku takut. Aku takut menyakiti hatimu, aku takut melunturkan senyum yang sudah sedari tadi ada di wajahmu, aku takut salah berucap, maka aku putuskan untuk tak banyak bicara, aku hanya akan menjadi pendengar, sesekali mungkin aku bicara, tapi bukan untuk mengangkat sebuah topik baru, karena aku-pun tak tahu lagi bagaimana caranya memulai. Ya. Aku tak tahu lagi bagaimana caranya memulai.
Kawan, sebenarnya banyak sekali yang ingin aku tanyakan segalanya perihal dirimu, tentang kondisimu, tentang keluargamu, dan mungkin juga tentang hidupmu. Tapi aku tak berani dan aku tak akan memaksa, kawan. Kalau memang mungkin kau menganggap itu sebagai privasimu dan merasa aku tak pantas tahu. Tak apa, kawan.

Tapi yang harus kau tahu, selamanya aku akan menjadi temanmu, sahabatmu, dan selamanya aku akan menjadi saudarimu, tak hanya disini.. tapi semoga kita juga dapat kembali bersama ‘disana’..
Kau juga harus tahu, kawan. Kalau aku sangat amat sayang dan cinta padamu. Aku tak rela sesuatu yang tak baik menimpamu, aku ingin segala yang terbaik untukmu, untuk kita.
Kawan, ‘rasa’ kita akan tetap sama, seperti hari2 pertama yang kita lalui saat Allah mempersatukan kita dalam cintaNya.

Terima kasih, kawan.
untuk warna yang telah kau berikan di hari itu...
dan aku berharap itu bukanlah akhir pertemuan kita.
semoga Ia akan memberikan episode2 baru yang lebih indah untuk kita jalani nanti.

Love u all so much...
^^
*****
“... maka Allah mempersatukan hatimu lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang2 yang bersaudara”
(QS. ‘Ali ‘Imran : 103)

Dan ikatan hati itu akan ada, P.A.S.T.I,,,,
Selama masih karenaNya...

05Februari’10
22.17

Wednesday, February 3, 2010

tentang seorang teman, yang telah menemukan'nya'

Hari itu, (januari 25th 2010).. biasa aja.. tapi kenapa tiba2 jadi ada sesuatu yang gak biasa sepertinya...

kangen. kangen banget ama seseorang..

 

setelah sekian lama gak ketemu,

sambil ngitung2... kurang lebih 3-4 tahun kita gak ketemuan (tatap wajah langsung maksudnya, kalau di buku wajah sih lumayan suka ketemu...;p)

yap. udah segitu lamanya kita gak ketemu. dan kenapa tiba2..

- super tiba2-lah pokoknya..

aku bener2 pengeeeeeeeeeeeeeeeeennnn banget ketemu ama diaaa.....

tapi knapa jadi bawaan-nya deg2an kayak gini yah..

deg2an...asli deg2an-nya..

* mesti harusnya emang bukan aku yang merasakan deg2an itu..

Mungkin dia,, ah... mungkin malah dia-nya juga biasa aja..

 

Beneran jadi ada sesuatu yang gak biasa...

 

semua berawal dari.....

 

mampir ngeliat fb...jarang2 aku ngeliat invitation yang ada,

Tapi entah kenapa tadi lagi pengen ajah..

dan ternyata...............

ada undangan walimahan,,,

pertegas dan aku pertegas lagi ke layar.. takut salah baca...maklumlah mata-ku meskipun udah empat ini juga tak jarang seliwer ngebaca sesuatu kalau gak mpe teliti banget.., hhe..

 

yap. temenku itu. sahabatku. salah seorang saudari terbaik yang Ia kirimkan untukku. pas di SMP kita dipertemukan oleh Allah...

 

aku dan ia memang sekolah di sekolah yang biasa aja.. (alias negeri atawa umum). entahlah, aku emang beda (baca: gak sama) dengan adik2ku yang rata2 sekolah di sekolah yang punya embel2 –IT- di belakangnya. Sudahlah...yang ini kalau diceritakan bisa punya satu bab sendiri... ;p

 

 

tapi,. sekarang rasanya aku ingin sedikit bercerita tentangnya...

yup. tentang temanku yang satu itu...

 

Dimataku ia baik, baik sekali. Manis meski rada cerewet. Dulu, ia pernah bercerita padaku bahwa dirinya ingin sekali menjadi penari. Yah.. bakatnya memang sudah ku lihat sejak saat itu (* sok tau.. Mode ON). Meski ia suka dan ingin sekali menjadi penari, tapi gaya dan busana ia berbeda dengan kebanyakan temanku saat itu -yang katanya juga hobby tari2 modern (biasanya sih yang pake lagu2 barat gitu-lah...). Ya, ia memang lebih suka dengan tarian2 tradisional begitu. Tapi saat itupun, aku mulai berpikir (pikiran cetek sih...maklum pikiran anak eSeMPe),, gimana caranya aku ingin sekali mengajaknya untuk berjilbab... gimana caranya biar dia ngilangin kegemarannya dan hobbynya dalam menari itu... bukan maksud untuk membunuh bakat dan menghancurkan kreativitas,, tapi sayang aja kalau mesti ber-lenggak lenggok di depan umum. Ugh...ya.. memang hanya ada dalam benakku kala itu dan tak sanggup aku harus mengungkapkan dalam kata karena aku takut terkesan sok menggurui ia. Aku-pun akhirnya memendamnya...membiarkannya..dengan hobby-nya itu. Namun hanya satu yang ku punya, seuntai doa.

 

Setahun.. dua tahun.. setelah kami telah sama2 singgah di Sekolah Menengah Atas yang berbeda. Jauh.. cukup jauh jarak sekolah dan tempat tinggal kami, hingga komunikasi kami juga menjadi sakit, bahkan untuk sebuah SMS, menanyakan kabar.

 

Hingga suatu waktu, ba’da idul fitri, entah waktu kami kelas berapa... aku membuat janji dengannya untuk bertemu dan jalan2 bareng, melepas rindu.

 

Subhanallah... Masyaa Allah..

betapa aku terperangah dibuatnya,,

Sosoknya tak seperti yang aku kenal beberapa tahun lalu.

Sosoknya sekarang telah menjelma menjadi sosok muslimah sejati. Dengan balutan busana dan jilbab yang rapi, anggun, menawan, lengkap dengan ‘penghias’ yang ‘menjaga’ pergelangan tangannya.

Subhanallah.. betapa Allah telah mengubah dirinya... menerima hidayah..... Yap. Hidayah. yang sebagian orang salah mengartikan hidayah itu sendiri. Hidayah memang bukan untuk sekedar ditunggu, tapi dicari.

 

Pertemuan itu, ke-terperangah-an-ku padanya itu, juga menjadi yang terakhir setelah sekian lama kami tak bertatap lagi. Hingga kini.

 

Dan tadi, semakin kaget aja aku dibuatnya dengan event-invitation di ‘buku wajah’ku, tertera nama ‘saudari’ku itu bersama nama seorang lelaki yang -aku juga tak mengenalnya-. Tetapi aku yakin, dan Insya Allah keyakinanku ini benar,, kalau...

kalau lelaki itu adalah lelaki terbaik yang Ia kirimkan untukmu, untuk mendampingimu, shalihah.....;)

bukankah wanita baik juga akan mendapatkan lelaki yang baik?

 

Barakallah laka wa baraka ‘alaika wa jam’a bainakuma fii khaiir..........

 

* Semoga aku di izinkanNya untuk menghadiri walimahanmu itu...;)

 

** Udah..1...2..3.. brapa yah teman2ku yang udah pada duluan ???

  aku kapan yah ??;;p..................

 

“nanti zahh...pada saatnya ! semua akan indah pada waktunya !!”, suara itu tiba2 terdengar...

 

jelas, hatiku yang membisikkanku... hanya tersenyum alias cengar cengir sendiri... ;) ///////